LSM Lestari Hutanku

Kamis, 14 Oktober 2010

Diposting oleh LSM Lestari Hutanku di 07.44 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Bagikan ke X Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Diposting oleh LSM Lestari Hutanku di 01.24 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Bagikan ke X Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Minggu, 03 Oktober 2010

Diposting oleh LSM Lestari Hutanku di 21.55 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Bagikan ke X Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Selamat Datang di Blogger Lestari Hutanku

Hutan di Indonesia dari waktu ke waktu kian terancam. kerusakan dan pembalakan kayu secara tidak sah begitu dominan. Proyek- proyek pembangunan infrastruktur jalan, perkebunan skala besar, hak pengusahaan hutan (HPH ), serta lahan tranmigrasi yang salah kaprah mendorong kawasan hutan semakin rusak.

Kerusakan ini juga terjadi pada tanaman produksi. bahkan sebagaian besar hutan tanaman produksi dalam keadaan rusak parah. Sedangkan hutan- hutan tropis asli sepertinya hanya tersisa di kawasan - kawasan konservasi seperti taman nasional, hutan lindung dan cagar alam.

Penebangan haram tidak pernah teratasi, bahkan seringkali dilakukan terang- terangan. Hutan alam Indonesia terus menerus menciut dengan cepat. Sedangkan industri pengolahan kayu terus tumbuh, terutama industri kertas dan pulp. Akibatnya kesenjangan antara suplai dan permintaan semakin lebar. ketidak seimbangan antara permintaan dan suplai bahan baku inilah yang mendorong maraknya penebangan ilegal

Dari evaluasi pasca banjir diketahui salah satu penyebab bencana ini karena rusaknya hutan. Ini disebabkan karena hutan berfungsi sebagai penyerap air hujan, pengatur air (hidrologis), pencegah erosi, dan sekaligus sebagai cadangan air di musim kemarau.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, pengrusakan hutan masih terjadi, baik oleh praktek pembalakan liar maupun penembangan ilegal. Disepanjang sisi ruas jalan penghubung Palangka Raya- Buntok misalnya sejauh mata memandang yang terlihat dan tersisa hanyalah semak belukar.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah pernah mencatat dan melaporkan bahwa kerusakan hutan di provinsi ini setiap tahunnya mencapai 255.918 hektar. Sementara badan Pengelola Daerah Aliran Sungai( DAS) sungai kahayan mencatat, bahwa dari 4,7 juta hektar lahan kritis di wilayah kerjanya, baru 60.000-70.000 hektar yg dapat direboisasi sejak tahun 2004.

Secara nasional, Menteri negara Lingkungan hidup Rachmat Witoelar pernah menyebutkan bahea angka kerusakan hutan dan lahan di Indonesia sudah mencapai 59, 2 juta hektar9 2006 ), dengan laju kerusakan mencapai 1,19 juta hektar per tahun.

Sebenarnya masih ada waktu untuk menyelamatkan hutan Indonesia. Salah satu aksi ilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lestari Hutanku ( Akte Notaris No. 31 thn 2007 ) yang berupaya untuk menghentikan laju kerusakan dan menyelamatkan hutan- hutan alam yang tersisa di wilayah Provinsi kalimantan Tengah.

LSM Lestari Hutanku, saat ini telah mendapatkan dukungan masyarakat, pemerintah daerah dan pihak swasta untuk mengemban visi dan misi pelestarian hutan dan memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan luas areal kurang lebih 250 hektar yang berlokasi di wilayah kelurahan Mangkatif, Kecamatan Dusun Hilir, kabupaten barito Selatan, Provinsi Kalimantan tengah.

Secara geografis Kabupaten barito sealatan terletak di sebalah timur Provinsi kalimantan Tengah dengan posisi antara 1'2o' LU s/d 1'35'LS - 114' BT s/d 115' BT dengan diapit oleh kabupaten Barito Utara dan Provinsi Kalimantan Selatan serta sebagian wilayah kabupaten kapuas di selatan. Sebelah timur berbatasn dengan Kabupaten Barito Timur dan sebagian wilayah Provinsi kalimantan Selatan. dengan demikian Kabupaten Barito Selatan setelah pamekaran dengan Barito Timur mempunyai luas wilayah 8.830 km2 dengan pembagian lahan sebagai berikut:
Hutan belantara 3773,95km2 42,74%luas Barsel
Rawa- rawa 2715,50km2 230,75%luasBarsel
Sungai & danau 446,23km2 5,05%luas Barsel
Penggunaan lainnya 1894,32km2 21,45%luasBarsel
kabupaten Barito Selatan memiliki Topografi wilayah sbb:
1. Bagian utara ke selatan daerah pantai menyusur sungai barito dengan ketinggian 10-50m dari permukaan laut merupakan daerah dengan potensi banjir cukup tinggi, diantaranya di kecamatan Jenamas, Dusun hilir, karau Kuala, sebagian Dusun Selatan dan Kecamatan Dusun utara.
2. Bagian Timur merupakan dataran tinggi yang bergelombang bahkan sampai kebukit- bukit dengan ketinggian mencapai 400m dari permukaan laut dengan tingkat kemiringan 19-25% dialiri anak sungai barito, termasuk daerah ini diantaranya kecamatan guning Bintang Awai.
3. Bagian sebelah barat terdapat rawa-rawa yang dialiri sungai kecil yang bermuara pada sungai barito.

VISI & MISI

VISI

Menjaga dan memelihara kelestarian hutan pad suatu area dan sekitarnya.

MISI
1. Sebagai tempat pelestarian dan pemeliharaan hutan kayu Kalimantan
2. Sebagai percontohan hutan/kayu yang bebas dan terpelihara dari bahaya kebakaran hutan.
3. Sebagain sumber induk benih hutan kayu.
4. Sebagai obyek penelitian hutan Kalimantan
5. Sebagai obyek wisata alam hutan Kalimantan.
6. sebagaihutan percobaan bagi hutan tanah gambut di Kalimantan
7. Sebagai bahan pendataan jenis hutan kalimantan di tanah yang bergambut.
8. Sebagai paru- paru dunia.
9. Sebagai sumber ekonomi/ lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Gerakan Pelestarian lingkungan hidup yang kini menjadi LSM lestari Hutanku sudah dimulai sejak awal tahun 2004 berbekal rekomendasi dari lurah desa Mangkatip, Kecamatan Dusun Hilir di kabupaten Barito Selatan dengan komitmen bersama untuk menjaga dan memelihara kelestarian hutan sekitar dengan luas sekitar 250 hektar. Areal ini secara bertahap terus menerus dijaga dari penjarahan kayu- kayu hutan yang ada, serta membentuk tim kecil pengawas kebakaran Area Hutan pada setiap musim kamarau tiba.

Pada tahun 2007 untuk pengorganisasian kegiatan yang dilakukan dan perlunya payung hukum yang jelas dibentuklah lembaga Swadaya masyarakat ( LSM ) yang diberi nama Lestari Hutanku dan disahkan pada tanggal 14 maret 2007 dengan akta notaris Nr. 31/2007 dan terdaftar pada pengadilan Negeri Palangka Raya tanggal 16 Maret 2007 dengan Nr.10/IIi/2007 yang berlokasi di areal tersebut dengan Perda No. 8 Tahun 2003 tentang RTRW Provinsi Kalimantan Tengah dan masuk dalam Kawasan Konservasi Flora Fauna ( KFF )

Secara nyata kegiatan yang telah dilaksanakan LSM Lestari Hutanku sampai pada saat ini pada lokasi area pelestariaan tersebut antara lain :
- membuat jalan setapak yang mengelilingi areal
sepanjang kurang lebih 7 km.
- Membuat jalan setapak di dalam areal ( 4 jalan utama )
dan jalan menyisir menuju pohon- pohon kayu yang ber-
berdiameter 40 cm keatas.
- Membuat sebagian kecil daftar atau nomor pohon-pohon
/ kayu di dalam areal yang sampai saat ini mencapai
800 batang pohon kayu.
- Mencatat jenis- jenis pohon/ kayu yang sampai saat ini
terdaftar kurang lebih 32 jenis.
- Membuat basecamp disektar areal pelestarian.
- Memasang papan pengumuman atau peringatan untuk
tidak menebang hutan dan membakar pohon/ kayu,
serta peringatan bahaya kebakaran hutan.

PENGURUS INTI LSM LESTARI HUTANKU
Ketua : Drs. H. Rinco Norkim
Wakil Ketua : Drs. H. Hardjo Norkim
: E. Nasroen
: Ardieyo Norkim
Sekretaris : Yasmi Hami S. Hut
Wakil Sekretaris : Arif Spi
Bendahara : Hj. Karnasih
Wakil Bendahara : Dra. Sri Sujayati

Ditetapkan di Palangka Raya 16 Oktober 2006

KONTAK
JL. Yos Sudarso No. AI-003
Palangka Raya 73112
Kalimantan Tengah
E-mail: info@lestari-hutanku.com

Kelurahan Mangkatip
Kecamatan Dusun Hilir
Babupaten Barito Selatan
Kalimantan Tengah

Cara Menuju Lokasi
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh melalui kota Palangka Raya- kalimantan tengah atau menuju Banjarmasinn- Kalimantan Selatan:

1. Dari kota Palangka Raya perjalanan dilanjutkan ke kota Kuala Kapuas melalui jalan darat kira-kira 2,5 jam.Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan meyusuri sungai Barito menuju Mangkatip(lokasi) dengan kendaraan air/ speed boat kira- kira 3 jam.
2. Apabila melalui kota Banjarmasin, dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju kota Kuala Kapuas kira- kira 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menyusuri sungai Barito menuju Mangkatip-lokasi dengan kendaraan air/ speedboat kira- kira 3 jam. Atau bisa juga langsung menggunakan kendaraan air menuju lokasi.